ilmiah

nutrisi - tanaman - agrostologi - ternak

Islami

tausyiah

Senin, 07 September 2009

Sederhana dalam Berubah

Kesalahan banyak orang menurut ustadz Muhammad ghazali adalah memulai lembaran baru dalam hidupnya dengan tahun baru atau ulang tahun, terlampau rumit dalam berubah dan hanya akan menghasilkan kegagalan.

Berubah adalah sebuah hukum ALLOH SWT. Untuk alam dan seisinya. Kita tidak tetap muda karena adanya perubahan. Bunga-bunga akan menjadi layu tidak lain karena perubahan, silih bergantinya siang dan malam juga karena perubahan. Umar bin khattab tercatat dalam sejarah karena perubahan monumental yang dilakukannya, dan siapapun bisa menjadi legenda karena perubahan.

Bagi anak cucu adam a.s, perubahan bukan sesuatu yang sederhana. Setiap perubahan selalu diiringi dengan hambatan dan tantangan. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap proses perubahan menuju kebaikan merupakan pergumalan seru antara nurani dan bisikan setan. Nurani menyediakan himmah sedangkan bisikan setan mengancam dengan beban berat. Karena adanya faktor himmah atau tekad disatu sisi dan bisikan setan disisi lain.

Terlepas dari rumit dan sulitnya perubahan faktor ketidaksederhanan dalam berubah, kerap menambah kerumitan proses perubahan. Paduan antara kesulitan normatif dengan kesederhanaan itulah yang semakin membuat perubahan bagi kebanyakan kita bagai tergantung diatas langit tinggi.

Ketidaksederhanaan pertama adalah yang disinyalir oleh ustadz Muhammad al-ghazali. Menurut beliau, kesalahan banyak orang adalah memulai lembaran baru dalam hidupnya dengan tahun baru atau ulang tahun. Penetapan perubahan dengan menentukan momen tertentu adalah salah satu bentuk dari ketidaksederhanaan dalam perubahan.

Ketidaksederhanaan kedua adalah dalam menetapkan symbol perubahan. Rencana perubahan, mission statement, dan jargon dapat dijadikan symbol perubahan. Namun jangan lupa bahwa symbol paling sderhana dan mendasar dalam berubah adalah bergerak.

Kita tidak perlu ragu dengan perubahan yang kita lakukan ‘hanya’ karena kita gagap dalam menetapkan misi kita. Kita seharusnya merasa sangat memadai untuk melakukan perubahan ‘hanya’ dengan kemampuan kita untuk bergerak, yaitu bergerak menuju tujuan perubahan.

(refrenshi : sudahkah aku tarbiyah?)